Ukhuwah, Jalan Menuju Surga

"Jadikan ukhuwah sebagai jalan menuju syurga" -Aero-

Tukang Pamer!!!

"Jangan bangga terhadap apa yang kamu punya,karena pada dasarnya kita tidak punya apa-apa" (Aero)

Fase Kepompong

Proses prinsip fase kepompong, membuat sesuatu yang BIASA menjadi LUAR BIASA.

Pelindung Jalanan

Rumus nya adalah 2 D + 2 S + Y = Selamat (Aero)

Design Jaket Rohis SMKN 7 Jakarta

- Created By : Azmi -

Selasa, November 27, 2012

Pengertian Aqidah



Secara etimologis (bahasa), aqidah berakar dari kata ‘aqada - ya’qidu –‘aqdan – ‘aqidatan. ‘aqdan berarti simpul, ikatan, perjanjian dan kokoh. Setelah terbentuk menhadi ‘aqidah berarti keyakinan (Al Munawwir, 1984, hal 1023). Relevansi antara arti kata ‘aqdan dan ‘aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh didalam hati, bersifat mengikat dan mengandung perjanjian.

Secara termologis (istilah) terdapat definisi (ta’rif) antara lain :

Menurut Hasan Al-Banna dalam kitab Majmu’ah ar-Rasail:

اَلْعَقَائِدُ هِيَ اْلاُمُوْرُ الَّتِيْ يَجِبُ أَنْ يُصَدِّقَ ِبهَا قَلْبُكَ وَتَطْمَئِنَّ اَلَيْهَا نَفْسُكَ وَ تَكُوْنَ يَقِيْناً عِنْدَكَ لاَ يُمَازِجُهُ رَيْبٌ وَلاَ يُخَالِطُهُ شَكُّ.
“Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.

Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy dalam kitab Aqidah al-Mukmin:

اَلْعَقِيْدَةُ هِيَ مَجْمُوْعَةٌ مِنْ قَضَايَا اْلحَقَّ اْلبَدَهِيَّةِ اْلمُسَلَّمَةِ بِاْلعَقْلِ وَالَّسمْعِ وَاْلفِطْرَةِ يَعْقِدُ عَلَيْهَا اْلاِنْسَاُن قَلْبَهَا وَيُثْنِي عَلَيْهَا صَدْرَهُ جَازِمًا بِصِحَّتِهَا قَاطِعًا بِوُجُوْدِهَا وَثُبُوْتِهَا لاَ يُرَي خِلاَفُهَا أَنَّهُ يُصِحُّ اَنْ يَكُوْنَ أَبَداً.
“Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya secara pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.


Untuk lebih memahami definisi diatas kita perlu mengemukakan beberapa catatan tambahan sebagai berikut:

1. Ilmu terbagi dua:

Pertama adalah ilmu dharuri yaitu Ilmu yang dihasilkan oleh indera, dan tidak memerlukan dalil. Misalnya apabila kita melihat tali di hadapan mata, kita tidak memerlukan lagi dalil atau bukti bahwa benda itu ada.

Kedua adalah ilmu nazhari yaitu. Ilmu yang memerlukan dalil atau pembuktian.
Misalnya ketiga sisi segitiga sama sisi mempunyai panjang yang sama, memerlukan dalil bagi orang-orang yang belum mengetahui teori itu. Di antara ilmu nazhari itu, ada hal-hal yang karena sudah sangat umum dan terkenal tidak memerlukan lagi dalil. Misalnya kalau sebuah roti dipotong sepertiganya maka yang du pertiganya tentu lebih banyak dari sepertiga, hal itu tentu sudah diketahui oleh umum bahkan anak kecil sekalipun. Hal seperti ini disebut badihiyah. Jadi badihiyah adalah segala sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pemuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.

2. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran (bertuhan), indera untuk mencari kebenaran, akal untuk menguji kebenaran dan memerlukan wahyu untuk menjadi pedoman menentukan mana yang benar dan mana yang tidak. Tentang Tuhan, musalnya, setiap manusia memiliki fitrah bertuhan, dengan indera dan akal dia bisa membuktikan adanya Tuhan, tetapi hanya wahyulah yang menunjukkan kepadanya siapa Tuhan yang sebenarnya.

3. Keyakinan tidak boleh bercampur sedikitpun dengan keraguan. Sebelum seseorang sampai ke tingkat yakin dia akan mengalami beberapa tahap.

Pertama: Syak. Yaitu sama kuat antara membenarkan sesuatu atau menolaknya.
Kedua: Zhan. Salah satu lebih kuat sedikit dari yang lainnya karena ada dalil yang menguatkannya.

Ketiga: Ghalabatu al-Zhan: cenderung labih menguatkan salah satu karena sudah meyakini dalil kebenarannya. Keyakinan yang sudah sampai ke tingkat ilmu inilah yang disebut dengan aqidah.

4. Aqidah harus mendatangkan ketentraman jiwa. Artinya lahirnya seseorang bisa saja pura-pura meyakini sesuatu, akan tetapi hal itu tidak akan mendatangkan ketenangan jiwa, karena dia harus melaksanakan sesuatu yang berlawanan dengan keyakinannya.

5. Bila seseorang sudah meyakini suatu kebenaran, dia harus menolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu. Artinya seseorang tidak akan bisa meyakini sekaligus dua hal yang bertentangan.

6. Tingkat keyakinan (aqidah) seseorang tergantung kepada tingkat pemahaman terhadap dalil. Misalnya:

- Seseorang akan meyakini adanya negara Sudan bila dia mendapat informasi tentang Negara tersebut dari seseorang yang dikenal tidak pernah bohong.

- Keyakinan itu akan bertambah apabila dia mendapatkan informasi yang sama dari beberapa orang lain, namun tidak tertutup kemungkinan dia akan meragukan kebenaran informasi itu apabila ada syubhat (dalil-dalil yang menolak informasi tersebut).

- Bila dia menyaksikan foto Sudan, bertambahlah keyakinannya, sehingga kemungkinan untuk ragu semakin kecil.

- Apabila dia pergi menyaksikan sendiri negeri tersebut keyakinanya semakin bertambah, dan segala keraguannya akan hilang, bahkan dia tidak mungkin ragu lagi, serta tidak akan mengubah pendiriannya sekalipun semua orang menolaknya.

- Apabila dia jalan-jalan di negeri Sudan tersebut dan memperhatikan situasi kondisinya bertambahlah pengalaman dan pengetahuanya tentang negeri yang diyakininya itu. 

Dalam pengertian lain aqidah berarti pemikiran menyeluruh tentang alam, manusia, dan kehidupan, dan tentang apa-apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia, serta hubungan kehidupan dengan apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan dunia.

Pemikiran menyeluruh inilah yang dapat menguraikan ‘uqdah al-kubra’ (permasalahan besar) pada diri manusia, yang muncul dari pertanyaan-pertanyaan; siapa yang menciptakan alam semesta dari ketiadaannya? Untuk apa semua itu diciptakan? Dan ke mana semua itu akan kembali (berakhir)? (a)


Ayo Belajar Aqidah


Suatu ilmu atau pengetahuan pasti mempunyai mempunyai tahapan-tahapan dalam mempelajarinya, dan kita harus sesuai urutan tahapan tersebut. karena apabila kita tak sesuai dengan urutan, maka akan mengalami masalah dalam mempelajarinya. Sebagai contoh, kita semua tahu bahwa belajar matimatika itu di mulai dari mengenal angka, setelah itu kita dapat melakukan operasi matimatika seperti pertambahan, pengurangan dsb. Begitu pula dengan bahasa Indonesia, kita harus mengenal dan paham semua huruf alphabet dari A-Z. baru setelah itu kita bisa membaca sebuah tulisan.

Dalam memepelajari islam, kita harus dimulai yang dasar. Tentu dalam hal ini, kita terlebih dahulu mempelajari aqidah. Karena ini merupakan dasar dalam islam. Rasulullah pun tidak tanggung-tangung, selama 13 tahun beliau mengajarkan aqidah kepada para sahabat di mekkah. Karena betapa pentingnya aqidah ini. kalau di ibaratkan, aqidah sebagai pondasi suatu bangunan. Tentu apabila pondasinya bagus, meskipun ada gempa, bangunan itu akan berdiri kokoh, tapi apabila pondasi saja sudah rusak, maka pada saat pembangunan pun akan roboh.

Selain itu apabila kita sudah memiliki aqidah yang bersih dan kuat, maka kita akan cepat merespon segala perintah dan larangan Allah kepada kita. Sebagai contoh di zaman nabi, saat semua para wanita diwajibkan menutup aurat, maka pada saat itu juga mereka mencari apapun yang bisa menutupi auratnya, sama halnya ketika dilarangnya khamr, maka pada saat itu juga semua khamr yang dimilki dibuang begitu saja, tanpa berpikir lagi. Itu semua karena mereka mempunyai aqidah yang kokoh dan bersih.

Inilah yang jadi permasalah kita sekarang, banyak yang mempelajari aqidah hanya sekedar  tahu dan sepotong-potong, tidak memahaminya secara keseluruhan.  Oleh karena itu marilah kita berupaya untuk bisa memahami aqidah secara sempurna, agar kita bisa menjadi orang yang bertakwa, karena orang bertakwalah yang paling mulia di sisi Allah.
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)

Mari kita berusahana memahami aqidah ini dengan cara mempelajarinya secara serius dan tuntas. Kita dapat membaca buku-buku tentang aqidah, tentu dari pengarang yang sudah faham tentang aqidah,  Dan sebaiknya kita mencari guru atau ikut kajian – kajian ilmu tentang aqidah. (a) 
            
Wallahu a’lam                                                               


7 Keajaiban Dunia



Sekelompok siswa kelas geografi sedang mempelajari "Tujuh Keajaiban Dunia." Pada awal dari pelajaran, mereka diminta untuk membuat daftar apa yang mereka pikir merupakan "Tujuh Keajaiban Dunia" saat ini. Walaupun ada beberapa ketidak- sesuaian, sebagian besar daftar berisi;

 1) Piramida
 2) Taj Mahal
 3) Tembok Besar Cina
 4) Menara Pisa
 5) Taman Gantung Babilonia
 6) Menara Eiffel
 7) Ka'bah

Ketika mengumpulkan daftar pilihan, sang guru memperhatikan seorang pelajar, seorang gadis yang pendiam, yang belum mengumpulkan kertas kerjanya. Jadi, sang guru bertanya kepadanya apakah dia mempunyai kesulitan dengan daftarnya.
Gadis pendiam itu menjawab, "Ya, sedikit. Saya tidak bisa memilih karena sangat banyaknya."


Sang guru berkata, "Baik, katakan pada kami apa yang kamu miliki, dan mungkin kami bisa membantu memilihnya."


Gadis itu ragu sejenak, kemudian membaca, "Saya pikir, "Tujuh Keajaiban Dunia" adalah,

 1) Bisa melihat,
 2) Bisa mendengar,
 3) Bisa menyentuh,
 4) Bisa menyayangi,
 5) Bisa merasakan,
 6) Bisa tertawa,
 7) Dan, bisa mencintai

Ruang kelas tersebut sunyi seketika. Alangkah mudahnya bagi kita untuk melihat pada eksploitasi manusia dan menyebutnya "keajaiban". Sementara kita lihat lagi semua yang telah Tuhan karuniakan untuk kita, kita menyebutnya sebagai "biasa".


Senin, November 26, 2012

Fase Kepompong


Setiap manusia mempunyai fase-fase kehidupannya sendiri, dan secara umum fase kehidupan manusia itu sangat klasik mulai dari lahir-balita-sd-smp-sma-kuliah-kerja-menikah-punya anak-tua-mati. Walaupun tidak semuanya, tetapi kebanyakan itulah yang terjadi. Ada juga yang mempunyai fase kehidupan menurut pendapat masing-masing orang. Seperti saya, saya juga mempunyai  sepotong fase kehidupan  tersendiri. Saya berpendapat bahwa kita mungkin mempunyai fase kehidupan yang sama dengan ulat. Ya ulat, hewan yang bagi sebagian besar orang dianggap jijik, karena bentuknya, di anggap hama karena mengganggu. Tetapi dibalik itu semua, ketika sudah berubah menjadi kupu-kupu, justru orang-orang banyak menyukainya dan memuji keindahannya. Suatu ironi, tapi begitulah fase kehidupan ulat.

Namun kita tak boleh melupakan 1 fase diantara ulat dan kupu-kupu yaitu kepompong. Dan inilah fase penting yang harus dilakukan ulat agar menjadi kupu-kupu yang indah. Difase ini juga, ulat harus dalam keadaan terbungkus benang dan menyendiri didalamnya. Lalu disana terjadilah sebuah keajaiban, sehingga ulat tadi berubah menjadi kupu-kupu.

Manusia juga bisa diibaratkan seperti itu, ketika seseorang ingin menjadi lebih baik lagi dalam hidupnya, cobalah untuk diam sejenak, menghentikan aktivitas yang ada dan menyendiri serta simpan segala persoalan, untuk menenangkan jiwa dan hati. Renungkanlah segala yang pernah dibuat, ingatlah kembali tujuan kita, perhatikanlah keadaan dirimu dan sekitarmu, buatlah mimpi baru dan susunlah ulang rencanamu. Itulah fase kepompongnya manuisa, atau bisa disebut MUHASABAH. Ya, muhasabah ini sangat penting bagi manusia, karenanya dengan itu kita bisa merenungkan kesalahan yang kita perbuat lalu bertaubat, mengingat kembali tujuan hidup kita  yaitu beribadah kepada allah dan menjadi khalifah di bumi, memperhatikan kondisi kita dan sekitar kita untuk mengetahui kebesaran Allah, membuat atau memperbaharui mimpi dan niat kita, serta mempersiapkan langkah untuk kembali menjalani aktivitas dengan “bentuk diri” yang baru. Suatu “bentuk diri” yang insya allah lebih baik dan lebih indah dari sebelumnya. Itulah proses prinsip fase kepompong, membuat sesuatu biasa menjadi luar biasa.

Marilah kita coba sejenak untuk menyendiri dan melakukan Muhasabah agar kita menjadi pribadi yang baru, pribadi yang indah dan tentu pribadi yang lebih baik lagi dari sebelumnya, karena orang beruntung itu orang yang hari ini lebih baik dari hari kemarin. (a)

Luangkanlah sejenak detik dalam hidupmu
Berikanlah rindumu pada denting waktu
Luangkanlah sejenak detik dalam sibukmu
Dan lihatlah warna kemesraan dan cinta

Sejenak-Letto